
Seberapa Penting NAB Reksadana? Ini Pengertian dan Cara Menghitungnya!
Para investor yang sudah berkecimpung di dunia investasi, tentu sudah tak asing lagi dengan istilah NAB reksadana. NAB merupakan singkatan dari Nilai Aktiva Bersih yang menjadi salah satu faktor penting dalam produk reksadana.
Nilai NAB dalam reksadana bisa dijadikan salah satu pertimbangan dalam menilai kinerja manajer investasi. Jadi, saat kamu ingin menanamkan modal di salah satu jenis reksadana kamu perlu melihat nilai NAB dari produk reksadana tersebut.
Akan tetapi perlu diketahui kalau NAB bukan harga dari reksadana melainkan menunjukan berapa besar nilai aset yang dikelola dalam reksadana.
Untuk memahami lebih lanjut mengenai NAB reksadana simak ulasan lengkapnya di bawah ini.
Apa itu NAB Reksadana
NAB Reksadana adalah total nilai investasi dalam produk reksadana, yang menggambarkan total kekayaan bersih reksadana setiap harinya.
Secara sederhana, NAB adalah jumlah dana yang dikelola oleh manajer investasi atas suatu produk reksadana yang dihitung setiap hari sesuai dengan hari perdagangan bursa. Yang kemudian akan dipublikasikan ke berbagai media untuk diketahui oleh masyarakat luas.
Umumnya produk reksadana dijual dalam satuan unit. Jadi, investor membeli reksadana per unit dari NAB.
Misalnya, harga NAB reksadana campuran di manajer investasi A sebesar Rp 1.500 dan kamu menanamkan modal sebesar Rp 500 ribu, maka kamu memiliki 333 unit di produk reksadana tersebut. Istilah tersebut dinamai dengan NAB/UP.
NAB/UP adalah harga wajar dari portofolio reksadana setelah dikurangi biaya operasional dan dibagi jumlah unit penyertaan yang telah dimiliki investor pada saat itu.
Nilai NAB/UP umumnya berubah-ubah setiap harinya karena dipengaruhi oleh transaksi jual beli yang dilakukan oleh investor.
Baca Juga: Manajer Investasi, Apa Perannya di Investasi Reksadana?
Peran NAB dalam Reksadana
Tak sedikit investor melihat kinerja reksadana dari NAB/UP, padahal peranan NAB/UP dalam reksadana tidak bisa dijadikan acuan penilaian bagus atau tidaknya reksadana tersebut.
Maka, sebagai investor kamu perlu mengetahui bahwa kinerja reksadana dapat dilihat dari riwayat keuntungan yang dihasilkan.
Pada dasarnya, NAB/UP tidak mempengaruhi pilihan investasi reksadana soalnya NAB/UP hanya memberitahukan bagaimana aset dasar dihitung. Jadi, dalam memilih jenis reksadana nilai NAB/UP yang rendah tidak menjadikan dana investasi yang lebih baik atau sebaliknya.
Dengan begitu disimpulkan bahwa dalam memilih investasi reksadana kamu harus mengenali masing-masing jenis reksadana agar kamu dapat mengetahui potensi imbal hasil serta risiko yang harus kamu tanggung. Selain itu kamu juga harus memilih instrumen reksadana yang sesuai dengan profil risiko kamu.
Faktor yang mempengaruhi NAB Reksadana
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi besar kecilnya harga NAB/UP dalam investasi reksadana. Apa saja? Berikut di antaranya:
1. Peningkatan dana kelolaan
Jumlah dana kelolaan diperoleh dari dana yang ditanamkan oleh para investor. Jadi, jika jumlah dana kelolaan semakin besar maka akan mempengaruhi nilai NAB/UP.
Dengan begitu disimpulkan semakin besar dana kelolaan maka semakin tinggi pula harga NAB/UP di produk reksadana tersebut.
Dana kelolaan itu sendiri didapatkan dari banyaknya investor yang menanamkan modal.
2. Perubahan Nilai Pasar Wajar (NPW)
Seperti yang dilansir dari situs Otoritas Jasa Keuangan (OJK) perubahan dana kelolaan juga dipengaruhi oleh Nilai Pasar Wajar (NPW). NPW adalah nilai yang diperoleh dari transaksi efek yang dilakukan oleh pihak secara bebas tanpa paksaan atau likuiditas.
Umumnya NPW diatur oleh Lembaga Penilaian Harga Efek (LPHE). LPHE merupakan perusahaan yang sudah mendapatkan izin usaha dari BAPEPAM dan LK yang bertugas untuk melakukan penilaian terhadap harga efek.
Sementara itu LPHE menentukan harga pasar wajar berdasarkan nilai transaksi dari produk investasi. Karena itu, NPW mengalami perubahan setiap harinya.
3. Suku bunga Bank Indonesia
Faktor lainnya yang mempengaruhi NAB reksadana adalah suku bunga Bank Indonesia, suku bunga Bank Indonesia atau BI rate adalah suku bunga yang mencerminkan kebijakan moneter yang diterbitkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik.
Oleh karena itu, apabila suku bunga Bank Indonesia dinaikan maka investor akan memilih menarik dananya untuk mengalihkan ke instrumen investasi yang memberikan keuntungan lebih.
Hal tersebut membuat NAB reksadana mengalami fluktuatif harga, dan keuntungan yang diberikan mengalami penurunan.
Cara menghitung NAB Reksadana
Menurut OJK suatu perusahaan yang sudah berkecimpung di bursa atau penawaran umum (initial public offering/IPO) harga NAB/UP ditetapkan sebesar Rp 1.000 atau sesuai dengan regulasi yang berlaku.
Harga tersebut bisa dibilang sebagai nilai dasar dari NAB/UP, selanjutnya harga NAB/UP akan mengalami perubahan sesuai dengan pergerakan harga pasar. Oleh karena itu, harga NAB/UP akan mengalami perubahan setiap harinya.
Lalu, bagaimana cara menghitung NAB/UP dalam investasi reksadana?
NAB umumnya dihitung dengan menjumlahkan total aktiva bersih keseluruhan dana (Asset Under Manajemen) yang ada pada reksadana, kemudian jumlah tersebut akan dibagi dengan total unit yang ada di pasar.
Sekadar diketahui, total aktiva bersih berasal dari nilai pasar pada jenis instrumen investasi di reksadana seperti surat berharga pasar uang, deposito, obligasi dan saham.
Jadi, hasil dari total aktiva bersih keseluruhan dibagi total unit akan dikurangi dengan biaya operasional seperti biaya manajer investasi, biaya bank kustodian, dan lain-lain.
Baca Juga: Mengenal Produk Reksadana dan Cara Mengembangkan Kekayaan!
Berapa dana investasi yang harus disiapkan?
Buat kamu yang ingin menghasilkan banyak uang dari berinvestasi di reksadana berikut dana yang harus kamu keluarkan jika menghitung berdasarkan NAB/UP:
Seperti yang dikutip dari situs resmi Bareksa.com, diketahui jika kinerja kerja reksadana pendapatan tetap mencapai angka 30,76% persen dalam waktu satu tahun.
Instrumen investasi tersebut dikelola oleh PT Mega Asset Mantap Plus dengan harga NAB/UP sebesar Rp 1.790,15.
Jika kamu memiliki dana sebesar Rp 1 juta, berarti kamu mendapatkan Rp 1.000.000 / Rp 1.790,15 yaitu sebesar 558,61 unit reksadana.
Jadi, dengan mengeluarkan uang sebesar Rp 1 juta kamu dapat memiliki 558,61 unit jika menanamkan modal di PT Mega Asset Mantap Plus. Namun salah satu keuntungan investasi reksadana dapat dimulai dengan modal kecil yaitu sebesar Rp 50 ribu.
Berikut simulasi perhitungan keuntungan jika berinvestasi di reksadana pendapatan tetap dalam waktu satu tahun dan konsisten menggelontorkan dana sebesar Rp 1 juta setiap bulan.
Rp 1 juta X 12 bulan = Rp 12 juta X 30,76% (return setahun) = Rp 3.691.200. Keuntungan tersebut dikurangi biaya manajer investasi sebesar Rp 50 ribu. Maka keuntungan bersih yang kamu peroleh sebesar Rp 3.691.200 – Rp 50.000 = Rp 3.641.200.
Dengan begitu total uang yang kamu peroleh saat penarikan dana yaitu sebesar Rp 12 juta (modal) + Rp 3.641.200 (keuntungan bersih) = Rp 15.641.200.
Nah, itu dia keuntungan yang kamu dapatkan dengan terjun berinvestasi. Kamu juga dapat memaksimalkan keuntungan dengan mengalihkan keuntungan yang kamu dapatkan ke sektor bisnis.
Agar bisnismu semakin berkembang, kamu dapat memanfaatkan program pendanaan dari Pintek untuk mendapatkan bantuan modal usaha.
Salah satu produk pinjaman Pintek yang bisa kamu pilih yaitu Pendanaan PO/Invoice yang bisa digunakan untuk memenuhi pesanan dari institusi pendidikan seperti membeli alat tulis, buku, laptop, infrastruktur sekolah dan lain sebagainya.
Untuk mengetahui informasi lebih lanjut mengenai program pendanaan di Pintek, kamu bisa melakukan diskusi melalui TanyaPintek atau mengunjungi situs resmi Pintek dan HubungiPintek melalui nomor telepon dan WhatsApp di 021-50884607.
Kamu juga bisa mendapatkan informasi menarik seputar Pintek dengan mengunjungi laman Instagram Pintek di @pintek.id dan @pintek.biz.