
Mengenal Produk Reksadana dan Cara Mengembangkan Kekayaan!
Reksadana merupakan salah satu instrumen investasi yang kini menjadi favorit banyak orang, baik investor pemula maupun investor yang sudah ahli. Soalnya banyak produk reksadana yang bisa dipilih oleh investor sesuai dengan karakteristiknya.
Seperti diketahui bahwa memilih instrumen investasi harus sesuai dengan karakteristik atau profil risiko investor. Tujuannya yaitu agar investasi kamu dapat menghasilkan keuntungan yang maksimal. Dengan begitu, kekayaan kamu akan terus bertambah.
Jika kamu sudah mengetahui karakteristik yang sesuai dengan profil risiko selanjutnya pahami apa saja produk reksadana yang tepat untuk kamu. Berikut ulasan singkatnya.
Jenis-jenis produk reksadana
Ada beberapa jenis investasi reksadana yang bisa jadi pilihan. Namun di Indonesia sendiri terdapat empat jenis reksadana yang populer karena dapat memberikan keuntungan besar. Apa saja? Berikut di antaranya:
1. Reksadana Pasar Uang
Reksadana pasar uang menjadi pilihan investasi untuk investor pemula, soalnya instrumen yang satu ini dikenal dengan karakter yang minim risiko. Akan tetapi, keuntungan yang ditawarkan terbilang cukup besar yaitu di atas bunga deposito.
Investasi reksadana pasar uang mayoritas dananya dialokasikan ke sektor surat utang berharga yang jatuh temponya di bawah satu tahun, seperti sertifikat Bank Indonesia dan sertifikat deposito. Berikut penjelasannya:
- Sertifikat Bank Indonesia adalah surat berharga yang diterbitkan oleh negara. Umumnya, SBI memiliki jangka waktu 1-12 bulan. Investor akan mendapatkan imbalan sesuai dengan tingkat suku bunga yang dihasilkan dari lelang Bank Indonesia.
- Sertifikat deposito adalah surat berharga yang dikeluarkan bank kepada nasabah yang menanamkan modal di instrumen deposito. Pada sertifikat tersebut juga tertulis periode jatuh tempo beserta tingkat suku bunganya.
Baca Juga: Mulai Rp 50 Ribu, Gini Cara Investasi Reksadana Online yang Menguntungkan!
2. Reksadana Pendapatan Tetap
Jenis reksadana yang satu ini dikenal dapat memberikan return besar bahkan di atas reksadana pasar uang tetapi dengan risiko yang minim. Pasalnya, investasi reksadana pendapatan tetap bermain di sektor surat utang jangka panjang.
Sedangkan investasi reksadana pendapatan tetap mengalokasikan dananya ke instrumen obligasi milik pemerintah dan swasta yang pergerakannya lebih stabil.
Obligasi adalah surat utang yang diterbitkan oleh pemerintah maupun perusahaan swasta yang diberikan kepada investor sebagai kepemilikan bukti utang.
Misalnya, kamu membeli obligasi milik pemerintah maka pemerintah pemerintah berhutang kepada kamu dan pemerintah memberikan jaminan kepada investor dalam bentuk kupon, dimana kupon tersebut berisi tanggal jatuh tempo beserta bunga yang dijanjikan.
3. Reksadana Campuran
Reksadana campuran, umumnya direkomendasikan untuk investor yang memiliki karakteristik moderat. Soalnya jenis reksadana ini juga mengalihkan sebagian dananya ke sektor saham, karena itu risiko reksadana campuran lebih tinggi dibanding reksadana pendapatan tetap.
Seperti namanya, reksadana campuran mengalihkan dana investor ke beberapa sektor pasar modal seperti saham, obligasi dan pasar uang.
4. Reksadana Saham
Reksadana saham terus menjadi pilihan para investor khususnya buat mereka yang memiliki karakter agresif. Soalnya, high risk high return menjadi karakter reksadana saham. Jadi, keuntungan dan risiko yang diterima oleh investor sama-sama besar. Hal itu disebabkan karena sebagian besar dananya dialihkan ke instrumen saham.
Reksadana saham mengalokasikan sebagian besar dana investor ke sektor saham dan sisanya ke pasar uang. Saham adalah surat berharga atas kepemilikan nilai sebuah perusahaan.
Jadi, para investor saham memiliki hak untuk mengelola perusahaan tersebut. Namun, besaran porsi hak pengelolaannya tergantung dari jumlah saham yang dimiliki.
Baca Juga: Perbedaan Reksadana Saham dan Investasi Saham Serta Simulasi Keuntungannya!
Cara menghitungan keuntungan reksadana
Agar kamu lebih yakin untuk terjun ke investasi reksadana, berikut contoh kasus beserta perhitungan keuntungan reksadana pendapatan tetap. Simak di bawah ini:
Albert bekerja di perusahaan swasta dengan gaji sebesar Rp 4 juta. Albert berencana terjun ke dunia investasi untuk mencapai kebebasan finansial. Jadi, Albert memilih untuk menanamkan modal di sektor reksadana pendapatan tetap dengan bujet per bulan sebesar Rp 400 ribu atau 10 persen dari penghasilannya.
- Modal: Rp 400 ribu X 12 bulan = Rp 4,8 juta
- Jangka waktu: satu tahun
- Return menurut Bareksa: 30,76 persen
- Fee manajer investasi sebesar Rp 50.000
Maka, keuntungan yang didapatkan Albert berinvestasi di reksadana pendapatan tetap selama satu tahun sebesar Rp 4.800.000 X 30,76 persen = Rp 1.476.580. Namun jumlah tersebut belum dikurangi dengan fee manajer investasi sebesar Rp 50.000. Dengan begitu, total keuntungan bersih yang diperoleh Albert sebesar Rp 1.476.580 – Rp 50.000 = Rp 1.426.480.
Jadi, total uang yang didapatkan Albert dari keuntungan dan modal yaitu Rp 4.800.000 + Rp 1.426.480 = Rp 6.226.480.
Cara mengembangkan kekayaan
Selain mengalihkan kekayaan ke investor, kamu juga dapat melipatkan uang yang kamu miliki dengan terjun ke sektor bisnis. Sudah rahasia umum kalau bisnis menjadi salah satu cara untuk mendapatkan penghasilan besar.
Hal itu dapat dilihat dari banyaknya orang terkaya yang berasal dari berbisnis. Seperti orang paling kaya di Indonesia menurut Forbes, Hartono bersaudara yang memiliki kekayaan hingga US$ 38,8 miliar atau Rp 545 triliun lewat berbagai bisnis yang mereka miliki, mulai dari rokok hingga properti.
Oleh karena itu, kamu bisa memanfaatkan keuntungan investasi kamu untuk merintis bisnis dan menggandeng Pintek untuk melebarkan sayap bisnismu. Bagaimana caranya?
Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang finansial teknologi, Pintek mendukung penuh para pelaku UKM di sektor pendidikan untuk dapat mengembangkan skala bisnisnya melalui layanan keuangan.
Pintek adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang finansial teknologi yang menawarkan layanan keuangan untuk mendukung pendidikan di Indonesia, termasuk bagi para UKM pendidikan.
Pintek sudah terdaftar dan diawasi oleh OJK serta bergabung di Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI). Dengan begitu, segala bentuk transaksi di Pintek sudah terjamin keamanannya.
Melalui produk Pendanaan PO/Invoice, pebisnis pendidikan bisa mendapatkan pendanaan hingga miliaran rupiah dengan tenor mencapai 24 bulan. Bunga yang dibebankan juga sangat kecil yaitu mulai dari 0,9% hingga 2,5% tergantung dari credit scoring.
Dengan hanya menjaminkan invoice atau tagihan yang sedang berjalan, vendor pendidikan bisa mendapatkan pendanaan hingga miliaran rupiah. Dana tersebut dapat digunakan untuk memenuhi pesanan sekolah seperti pengadaan laptop, buku dan lainnya.
Untuk mengetahui informasi lebih lanjut, kamu bisa mengunjungi situs resmi Pintek atau melakukan diskusi dengan tim Pintek melalui TanyaPintek maupun menghubungi Pintek di nomor 021-50884607.
Kamu juga bisa mendapatkan informasi menarik seputar Pintek dengan mengunjungi laman Instagram Pintek di @pintek.id dan @pintek.biz.