
Antisipasi Sistem Gaji Guru di Era Digitalisasi Pendidikan
Banyak pihak menjadi cukup sibuk dengan pembahasan infrastruktur dan sistem digitalisasi pendidikan dalam beberapa tahun ini. Namun, bukankah ada satu hal yang terlewat? Ya, itu adalah sistem gaji guru dan tenaga kependidikan.
Metode pendidikan digital menuntut kurikulum harus menyesuaikan diri dengan sistem, termasuk ilmu dan keahlian yang diajarkan oleh guru. Lalu, bagaimana seharusnya gaji guru di masa depan dan apa perbedaannya dengan era saat ini? Sebagai berikut:
Sistem Gaji Guru dalam Pendidikan Konvensional

Di luar guru yang berstatus sebagai pegawai negeri sipil (PNS), setidaknya ada dua jenis guru, baik di sekolah negeri maupun swasta. Pertama adalah pegawai kontrak; dan kedua adalah pegawai lepas.
- Guru pegawai kontrak
Guru dengan status pegawai kontrak adalah guru yang mendapat gaji per bulan sesuai kontrak yang disepakati. Umumnya, besaran nilai gaji yang diterima akan menyesuaikan dengan UMK/UMR wilayah dia mengajar.
Guru kontrak sebetulnya memiliki job description yang sama dengan guru PNS atau guru tetap. Perbedaannya adalah pada status pengangkatan dan hak yang akan didapat.
- Guru pegawai lepas
Berbeda dengan sistem guru kontrak, guru dengan status pegawai lepas biasanya akan digaji sesuai jumlah jam mengajar dan mata pelajaran yang mereka pegang.
Guru pegawai lepas umumnya akan mengajar mata pelajaran khusus yang tidak bisa diberikan oleh sekolah. Pelajaran robotik dan elektro misalnya, sekolah yang membuka kelas tersebut harus mencari tenaga diluar sistem atau outsource.
Pertanyaannya adalah, berapa sebenarnya gaji per jam guru di sistem pendidikan konvensional ini? Mari kita hitung. Bila UMR Jakarta adalah 4,2 juta, maka gaji normal guru per 8 jam adalah 175 ribu, atau 22 ribu per jam.
Ini adalah masalah serius. Indonesia telah memulai digitalisasi pendidikan sejak 2018 lalu, dan implikasinya adalah guru harus memiliki kualifikasi profesional di bidang yang mereka ajarkan. Lalu, apakah seorang profesional layak dibayar 22 ribu per jam atau kurang?
Baca Juga : Kenalan dan Cari Tahu Semua Tentang Pintek Institutions
Kurikulum STEAM, Butuh Lebih Banyak Guru Profesional!

Pemerintah telah merancang kurikulum baru berbasis STEAM yang dinilai cocok untuk era industri 4.0. Termasuk pembahasan terkait sistem gaji guru dan tenaga kependidikan profesional di sekolah.
Kurikulum STEAM sendiri terbagi menjadi lima bidang, yakni sains, teknologi, teknik atau engineering, seni, dan matematika. Seluruh bidang pengajaran ini rencananya akan diterapkan di semua tingkat pendidikan.
Namun, di Indonesia, secara umum bidang-bidang pelajaran ini tidak diajarkan secara spesifik di sekolah. Bidang teknologi misalnya, hingga sekarang pelajaran yang diberikan masih seputar IT. Padahal, di industri 4.0, teknologi informasi (IT) telah digantikan oleh data technology (DT).
Bahkan, pemerintah melalui Kemendikbud mengakui hanya ada 10% guru yang mengajar TIK yang memenuhi kualifikasi lulusan studi informatika atau bidang studi yang related.
Dari data tersebut, jelas ada 90% guru dibidang “teknologi” yang bisa dipastikan tidak memenuhi standar profesionalisme pengajar dalam era pendidikan digital. Lalu, bagaimana cara sekolah bisa mendapatkan guru profesional dalam rentang waktu satu hingga lima tahun kedepan? Sebagai berikut:
1. Merekrut tenaga profesional dari industri
Salah satu cara tercepat untuk bisa mendapatkan guru yang berkualitas dan memiliki kualifikasi keahlian tentang industri 4.0 adalah merekrutnya langsung dari industri.
Keuntungannya jelas, para profesional yang telah berkecimpung di dunia industri akan memiliki kemampuan teoritis dan pengalaman praktikal yang lebih terjamin.
Selain itu, mereka juga bisa memberikan insight kepada para siswa tentang kondisi dan kebutuhan industri secara faktual serta aktual. Akan tetapi, perekrutan semacam ini tentu akan membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
2. Memberikan pelatihan khusus pada guru
Cara lain yang cukup sering diandalkan oleh sekolah maupun pemerintah adalah memberikan pelatihan khusus untuk guru. Namun, pelatihan guru macam ini tentu tidak boleh hanya sebatas workshop tahunan.
Guru maupun tenaga kependidikan yang ditunjuk harus benar-benar bisa menguasai keahlian tertentu agar bisa di transfer ke siswa. Keuntungan dari cara ini adalah, biaya yang dikeluarkan cukup rendah dan cepat.
3. Bekerjasama dengan lembaga pelatihan profesional
Apabila lembaga pendidikan atau sekolah tidak cukup memiliki anggaran dalam perekrutan profesional, ada satu alternatif lain. Yakni, bekerjasama dengan lembaga pelatihan profesional.
Selain lebih murah, cara ini juga dinilai lebih efektif dan efisien daripada mengirim perwakilan guru untuk mengikuti pelatihan khusus. Transfer ilmu pun bisa dilakukan dengan lebih luas.
Sebab tidak hanya siswa yang akan mendapatkan pengetahuan baru, guru pun bisa terlibat dalam proses pembelajaran serta bisa mengadaptasi ilmu yang lembaga pelatihan profesional berikan.
Ketiga cara diatas dapat digunakan oleh lembaga pendidikan dan sekolah sambil menunggu program resmi dari pemerintah terkait peningkatan kualitas keahlian guru untuk menunjang digitalisasi pendidikan Indonesia.
Anggaran yang Harus Disiapkan untuk Gaji Guru Profesional

Mempekerjakan seorang profesional tidaklah murah, dan tentu saja gaji 22 ribu per jam bukan harga yang sesuai. Lalu, sebetulnya berapa anggaran yang harus disiapkan oleh lembaga pendidikan atau sekolah terkait hal ini?
Jawabannya adalah, relatif. Sebab, hingga saat ini belum ada standar mengenai sistem gaji untuk profesional. Bahkan, dunia kerja umumnya menghitung gaji pekerja profesionalnya berdasarkan portofolio dan “jam terbang.”
Kalaupun menggunakan hitungan kasar, gaji per jam seorang profesional tidak akan kurang dari 5-10 kali gaji per jam dari UMR Jakarta, yakni 100 ribu hingga 200 ribu per jam pelajaran.
Artinya, lembaga pendidikan atau sekolah harus menyediakan anggaran sebesar 38.500.00 juta per bulan hanya untuk satu guru saja. Ini bukanlah jumlah gaji yang bisa ditangani sekolah pada umumnya.
Pinjaman Modal Kerja Pintek

Mengeluarkan dana miliaran per tahun hanya untuk gaji guru masihlah belum menjadi sesuatu yang masuk akal di Indonesia. Namun, ini adalah investasi wajib bagi lembaga pendidikan agar para siswa memiliki daya saing di masa depan.
Bilapun terlalu sulit untuk menyediakan guru dari profesional di dunia industri, sekolah masih memiliki dua opsi lain. Yakni, pelatihan keahlian khusus guru dan bekerjasama dengan lembaga pelatihan profesional.
Oleh karena itu, Pintek menawarkan pinjaman dengan bunga rendah dan jangka pelunasan panjang khusus untuk pengembangan kualitas pendidikan berupa program pinjaman modal kerja.
Sekolah dapat mengajukan pinjaman mulai dari Rp 50 juta hingga milyaran untuk modal kerja dan pengadaan barang, termasuk program pelatihan guru. Untuk syarat pengajuannya, Anda bisa menghubungi Pintek disini atau melalui layanan telepon di 021-30060799.
Pintek adalah perusahaan teknologi finansial yang menyediakan pendanaan untuk ekosistem pendidikan yang langsung diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Indonesia. Jadi, Anda tidak perlu khawatir tentang keamanan dan kenyamanan pelayanan.
Juga Pintek memberikan kemudahan untuk penyelesaian masalah secara kekeluargaan untuk peminjam yang kesulitan membayar cicilan, dengan menyertakan bukti terdampak dari pandemi Covid-19. Hal ini yang menjadi alasan Pintek dapat mempertahankan TKB90: 99,88% pada penuh tantangan saat ini.